twitter
    Berbagi Cerita bersama saya rony rahendra
JUDUL-GAMBAR

Merajut Cerita bersama Ombak, Hujan, Lapar dan Tawa

Paketnya berapa?
16 juli 2010, saat crew-crew Lae Kombih sedang berleha-leha menikmati kopi sore disekretariat Lae Kombih Kita Adventure's jalan Cut Nyak Dien, Kota Subulussalam, handphone Dian Sayfullah tiba-tiba berdering, dari speaker handphone terdengar suara berat yang menanyakan paket-paket petualangan yang ditawarkan Lae Kombih Kita Adventure's, setelah berbincang cukup lama janji pertemuan dibuat, dan crew-crew Lae Kombih Kita Adventure's pun bergegas mempersiapkan peralatan-peralatan untuk melakukan petualangan Jungle Tracking, Rafting dan River Boarding di Hutan Kayu Kapur dan alur Sungai Lae Kombih untuk 2 hari yang akan datang.


Hari H
18 Juli 2010, jadi hari yang akan menjadi kenangan manis untuk seluruh crew Lae Kombih Kita Adventure's, karena hari ini adalah awal terjalinnya persahabatan antara Lae Kombih Kita Adventure's dengan karyawan-karyawan Pajak Pratama, sesuai perjanjian menu petualangan hari ini adalah Jungle Tracking menuruni Hutan Kayu Kapur, dilanjutkan dengan Rafting dan Riverboarding menyusuri alur sungai Lae Kombih. 12 orang menjadi peserta Jungle Tracking dan pengarungan, termasuk 3 orang crew Lae Kombih Kita Adventrue's yang bertugas memandu.

Semula, meski crew Lae Kombih Kita sudah mencoba berakrab-akrab ria namun kawan-kawan karyawan Pajak Putra Pratama terkesan masih malu-malu, bisa jadi karena ini adalah kali pertama mereka menjajal arus sungai Lae Kombih, atau mungkin saja karena kelelahan didera medan berat Jungle Tracking bukit Sosor yang licin pasca terguyur hujan lebat, stamina seluruh peserta benar-benar terkuras dan awal perjalanan pun jadi kurang berwarna.

Namun suasana yang semula kaku segera mencair setibanya rombongan dikawasan air terjun Kedabuhan, nuansa mistis yang disuguhkan pemandangan air terjun ini membuat rasa letih yang menggayuti tubuh terlupakan.

Ketakjuban benar-benar dirasakan semua peserta, memandangi tebing-tebing batu yang tinggi menjulang, debur air, kabut, riak-riak gelombang dan elang yang melayang-layang, benar-benar membuat seluruh peserta terpesona, bahkan bagi crew Lae Kombih Kita Adventure's yang sudah berulang kali kelokasi ini pun rasa kagum itu masih tetap terasa. Keindahan lokasi ini lah yang perlahan membuat peserta mulai melupakan rasa sungkan, suasana mulai diwarnai canda tawa dan saling ledek, sembari menyiapkan makan siang sebagai bekal energi untuk pengarungan yang akan dilakukan, beberapa peserta sibuk menjeprat-jepretkan kamera, mengabadikan kemegahan panorama air terjun Kedabuhan yang luar biasa itu.


Tersangkut Pohon
Pengarungan dimulai, start diawali dari danau yang terletak persis dibawah air terjun, gelombang-gelombang tinggi akibat hempasan air setinggi sekitar 80 meter itu melecut semangat kami untuk memulai pengarungan.

Namun baru 10 meter lepas dari titik start, jeram pertama yang menyambut langsung membalikkan body perahu, semua terlempar kedalam air, bahkan perbekalan logistik pun hilang terbawa arus.

Saat peserta pengarungan berhasil menepi, semua terdiam gigit jari, memandangi sisa-sisa logistik yang masih sempat diselamatkan.

Di Jeram Bambu (setelah 2 jam pengarungan dari lokasi start) insiden kembali terjadi, adit (karyawan Pajak Pratama) yang penasaran, mencoba mengambil alih tugas skeeper mengemudikan laju perahu, semula dengan kepercayaan diri yang tinggi Adit dengan santainya bisa mengendalikan arah perahu, berbelok kekiri, kekanan, dan menghindari batu-batu besar yang menyembul dipermukaan air. Namun belum 10 menit adit berperan jadi kapten, derasnya arus di Jeram Bambu tiba-tiba menyeret laju perahu kearah sebatang pohon tumbang yang melintang dibadan sungai, teriakan-teriakan panik dan usaha-usaha ekstra keras seluruh peserta pengarungan yang mencoba membelokkan arah laju perahu nyaris tak berarti sama sekali, perahu terus meluncur deras dari bawah pohon, tak sempat mengelak kami semua pun tersangkut didahan batang pohon sialan itu, saling tindih menindih.

Tak cukup sampai disitu, nasib apes sepertinya hari itu memang sedang berpihak kepada kami, belum lagi hilang rasa syok, tawa-tawa saling ejek terhenti seketika, suasana hening, kami saling berpandangan, lalu serentak semua menjerit-jerit, berkelojotan dan berlomba-lomba melepaskan diri dari dahan pohon berlompatan ke dalam sungai, entah sebab apa kaki, tangan, dan wajah tiba-tiba terasa panas dan gatal-gatal.

Belakangan kami baru sadar ternyata dahan pohon yang kami peluk saat tersangkut itu adalah sarang semut api.

Dengan wajah yang bentol-bentol kamipun melanjutkan pengarungan.


Dingin dan kelaparan
Jeram Pasir adalah lokasi break pengarungan disungai Lae Kombih, batu-batunya yang besar, hamparan pasir dan pemandangan kaki Bukit Sosor yang menawan menjadikan tempat ini lokasi yang nyaman untuk beristirahat, setelah setengah rute pengarungan dilalui.

Biasanya dilokasi ini kami bermain ombak menjajal kemampuan mengendalikan River Board, karena meski di Jeram Pasir ini ombaknya besar-besar, namun hilirnya bermuara pada titik area arus tenang, sehingga aman untuk belajar tanpa harus khawatir papan River Board akan hanyut bila terlepas dari pegangan..

Namun sayangnya saat kami sampai dilokasi itu, hujan deras tiba-tiba turun, angin dan petir sambar menyambar, perahupun kami balikkan untuk tempat berlindung dari guyuran hujan, semua peserta pengarungan memeluk lutut mencoba melawan rasa dingin yang menggila, berhimpitan dan saling tatap, tak ada yang berniat memulai pembicaraan, bibir membiru, kulit tangan dan kaki mengeriput, suhu dingin dan deras guyuran hujan membuat semua jadi enggan menjauh dari kumpulan dan memilih tetap merapatkan badan satu dengan yang lain.

Namun kondisi yang menyiksa ini tak berlangsung lama, entah siapa yang memulai, semua peserta pengarungan yang semula menggigil berlompatan dari tempat perlindungan sambil tertawa terbahak-bahak, ini akibat perut Madi (salah seorang crew Lae Kombih Kita Adventure's) mengeluarkan bunyi-bunyian aneh yang persis mirip dengan suara kucing, berulang-berulang.

Cacing-cacing diperut Madi rupanya tengah berontak, minta segera diberi makan.

Setelah beberapa menit berhujan-hujanan kami pun sepakat untuk melanjutkan rute pengarungan.


Balas dendam
4 jam sudah kami melakukan pengarungan, setelah melewati tikungan di Jeram Batu, jembatan Lae Kombih yang menghubungkan Kota Subulussalam dengan Kabupaten Aceh Singkil mulai tampak dari kejauhan, dibawah jembatan inilah pengarungan akan berakhir.

Persis dibawah jembatan ini terdapat sebuah cafe yang biasa kami jadikan tempat beristirahat, menikmati hangatnya kopi dan mie instan sembari menunggu angkutan penjemput datang.

Setibanya perahu dijembatan, seluruh peserta pengarungan langsung berlompatan menyerbu cafe, dengan raut wajah antusias penuh semangat, semua mengantri untuk mendapatkan seporsi mie instan, kopi, dan teh hangat, kesan tak sabar membayang di wajah, saat si juru masak baru mulai menghidupkan wajan penggorengan, suara-suara riuh terdengar, meminta si pelayan agar menyuruh si juru masak mempercepat proses masaknya, sehingga acara santap menyantap bisa segera dilaksanakan.

Tak lama berselang, hidangan pun tiba, tak peduli panas dan asap yang masih mengepul, hidangan sederhana ini pun langsung kami santap dengan lahap, membalaskan dendam setelah 4 jam menahan lapar dinginnya guyuran hujan, dalam hitungan menit hidangan itu sudah berpindah keperut, rasa-rasanya sepanjang hayat mie instan yang kami santap sore itu adalah mie ter enak yang pernah diproduksi pabrik pembuatnya, entah kalau itu hanya lah perasaan kami, mungkin saja.

Setengah jam beristirahat angkutan penjemput tiba, rombongan kamipun pulang membawa kenangan manis yang tak akan terlupakan, betapa sesungguhnya menjalin persahabatan ditengah tantangan dan keindahan alam adalah suatu kenikmatan yang tak ternilai harganya.

Salam Hijau
Rony







Baca Selengkapnya >>

Menjadi filsuf (amatiran) dipenghujung malam

Kureguk sepi dari bejana sunyi
Cahaya bulan yang biasanya tersenyum sumringah
Seperti tak bersahabat dengan ku malam ini

Entah apa yang salah pada waktu
Diriku seperti ditinggal sendiri
dipersimpangan ragu yang kian buram

lalu aku dibiarkan menebak pekatnya misteri hari esok,
sendirian

dalam kebimbangan yg teramat sangat
sadarku di paksa membangun sebuah harapan,
“kelak pasti dapat ku ubah jalan takdir, dengan jalan pikiranku”
yakinku

aku telah sampai disini
dan tak berniat untuk berhenti,
meski penjelajahanan alam pikirku telah sampai pada pemahaman
“bahwa, pada akhirnya seribu tanyaku
hanya akan menyisakan penat,”

hey, waktu yang sombong….!!!
aku menolak menyerah
raga ini masih akan kupaksakan bersila,
bertepekur merenungi hakikat hidup dan kehidupan,
akan ku tela’ah makna dari semua isyarat-isyarat penghayatan

di penghujung malam ini
aku sibuk memaki
dan jawaban-jawaban itu, tak pernah benar-benar kutemukan

menyebalkan….!!!!!!!!!!!


Rony / medio maret 08

Baca Selengkapnya >>

Pak, kampong kami diamuk gajah…!!!


Diatas perahu tradisional ini belum ada bayangan apa-apa tentang desa Alue Gejerun, dimobil tadi rekan-rekan sesama wartawan yang berniat meliput kelokasi itu hanya bercerita seputar situasi masyarakat desa yang ketakutan diteror kawanan gajah liar, kondisi desa yang tidak memiliki akses transportasi darat, letak desa yang berada dikaki Gunung Leuser dan nikmatnya ikan kerling, ikan khas yang hanya terdapat dialur sungai Alas tempat warga menggantungkan mata pencarian.

3 jam dihempas arus deras ombak terasa tak terlalu melelahkan, kicauan burung dan gaduhnya monyet-monyet yang bergantungan dipohon-pohon berukuran raksasa serasa menemani perjalanan kami, meski pun tentu saja ada rasa tak sabar untuk segera melihat langsung separah apa sebenarnya amukan gajah-gajah yang memaksa warga mengungsi dari desanya itu, "gak bisa terlalu kencang pak karena kita 7 orang diperahu ini, kalau 2 atau 3 orang biasanya 3 atau 3,5 jam sudah sampai" jelas Agam pemuda setempat yang perahunya kami "booking" sepanjang hari ini.

Setibanya didesa Alue Gejerun warga beramai-ramai berdiri ditepi sungai, meski sempat heran namun hal ini akhirnya terjawab setelah seorang rekan wartawan memberitahu "Agam sudah memberitahu kedatangan kita, makanya kita disambut" kata kawan ini dengan raut wajah bangga, "warga disini jarang lihat televisi, jadi belum terlalu paham tentang profesi wartawan" katanya tersenyum penuh arti.

Warga lalu menggiring rombongan kami menuju kesalah satu rumah yang ambruk diamuk gajah, luar biasa rupanya tenaga gajah-gajah ini, bayangkan saja, rumah berkonstruksi papan berukuran 5X10 meter terbalik dengan posisi atap tepat berada dibawah, beberapa papan di dindingnya patah dan paku-pakunya terlepas dari tiang "ini rumah pak Abadi, saat gajah mengamuk dia sedang tidur, untung saja dia tidak apa-apa" kata Abu salah seorang warga yang ladangnya ikut menjadi korban keganasan gajah, konon ketika rumahnya terbalik pak Abadi ikut terpelanting-pelanting dikamar tidurnya, menyadari yang menerjang rumahnya adalah gajah pak Abadi berlari sekuat tenaga kerumah Abu, esoknya ia mengungsi bersama keluarganya kedesa Manggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan, sejak itu Abadi mengaku tidak akan mau kembali kedesanya.

Selain 3 rumah penduduk, satu-satunya masjid yang ada didesa Alue Gejerun juga ikut terkena amukan kawanan gajah, beruntung hanya dinding bagian depan saja yang dirusak, namun akibat hal ini warga mengaku mulai was-was menjalankan ibadah malam dimasjid ini, khawatir gajah-gajah liar ini kembali menyatroni masjid tersebut "kami bahkan bergantian jaga malam pak, kalau gajah itu datang lagi paling tidak kami bisa membangunkan seluruh warga untuk menyelamatkan diri" kata Abu menjelaskan kondisi didesa mereka sepekan terakhir.

Menurut Abu sebenarnya kejadian ini sudah dilaporkan warga ke Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan, namun hingga saat ini pengaduan mereka belum juga ditanggapi "sudah beberapa kali pak, namun entah kenapa sampai sekarang belum ada bantuan pada kami" ungkap Abu dengan wajah murung.

Puas mengambil gambar berkeliling melihat kondisi desa, rombongan kami memutuskan untuk makan bersama disalah satu rumah penduduk sebelum kembali ke Tapak Tuan, ibukota Kabupaten Aceh Selatan untuk membuat laporan ke redaksi kami masing-masing, selain lapar rombongan kami memang berniat membuktikan cerita warga tentang sensasi rasa ikan kerling…, benar saja, ternyata, nikmatnya ikan kerling memang berbeda dari ikan-ikan lainnya, meski hanya direbus dengan campuran asam dan garam saja cukup membuat rombongan kami menyantap hidangan sederhana ini dengan lahap.

Sambil bercanda masing-masing kami terus berbincang dengan warga yang ikut makan bersama, ini memang kebiasaan kami-kami para reporter, untuk menambah muatan informasi yang akan ditulis untuk dikirim ke kantor nanti, sedang asyik-asyiknya berbincang tiba-tiba seorang lelaki bertubuh kekar, berkulit legam nyelonong masuk menghampiri kami, mukanya pucat dengan raut wajah putus asa, matanya sayu seperti sedang menahan-nahan kantuk yang luar biasa, sedikit bergetar suaranya yang serak terdengar berat "pak, kalau sudah dishooting apakah akan ada bantuan untuk desa kami?"............kami semua terdiam.





Roni, Subulussalam 12 okt 09
Disebuah ruang warnet berpendingin AC
Baca Selengkapnya >>

untuk sahabat2 ku yang bermulut nyinyir...

ayo berkumpul, sahabat2 ku yg bermulut nyinyir
ini saatnya kita mencerca, siapa saja...
tak soal bila nanti ada hati terluka, yg penting kt bs bergelak tawa...
perkara lidah akan dipotong dineraka,
itu masih lama, jangan dirisaukan...
ayo sahabat2 ku yg bermulut nyinyir, mari sini...

ro
1 juni 2009
Baca Selengkapnya >>

putus harap

Dan tentang hari ini
Ada lelah yang membahana
Membawa pada pengakuan tentang arti sebuah kekalahan
Aku telah jatuh dan kini menunggu waktu yang tepat untuk mati

Ro
29 Oct '07
Baca Selengkapnya >>

kota tua dan mimpi sahabatku

# Kota Tua dan Mimpi Sahabatku #

Hei, aku disini lg, hari ini
Di tempat yg semestinya, aku berada

Masih segar dibenak, kenangan
angkuhnya harapanmu, saat
Bertutur ttg cita2, perihal
Masa depan tanah gersang, desa kita

Hei, apa kabarmu pagi ini?
Aku sudah tiba kembali, disini
Melanjutkan harapan yg sempat kt rajut
Harapan yg kita janjikan tak akan pernah surut

Hei, msh maukah kau berteriak lantang lg bersamaku?
Bicarakanlah lg mimpi besarmu
Agar tak hanya aku sendiri yg pahami,
arah tujuan perang batinmu,

Hei, sudah tenangkah riak gelegak batinmu kini?
Sudah terlupakankah semua janji?
Ya… kau pst bs tersenyum pagi ini,
setiap hari, setiap pagi
karena kini kau tak akan pernah sendirian lagi,
Kicau burung, sejuk beringin rimbun, selalu akan setia
Menemani bangunan sederhana, makammu

Ro
29 Oct ‘07
Baca Selengkapnya >>

List Video